Pada waktu saya membaca kesaksian di www.sabda.org/misi/kesaksian.php. saya terberkati dengan sebuah kisah nyata. Saat ini saya akan menceritakan kembali kisah tersebut. Saya harap kisah ini memberkati anda semuanya. Tuhan Yesus Memberkati, Amin.
LO - SI PETANI SEDERHANA
"Berdirilah dengan tangan terentang, berputarlah secara perlahan
membentuk sebuah lingkaran dan berdoalah untuk setiap hal yang kamu
lihat melalui jari-jarimu."
Itulah kebiasaan yang dilakukan oleh Lo setiap sore ketika ia sedang
berdiri di atas sebuah bendungan air di sekitar ladang padinya.
Dengan cangkul di atas salah satu punggungnya, ia merentangkan salah
satu lengannya, membuka jari-jarinya dan perlahan-lahan memutar
tubuhnya ke semua penjuru.
Lo adalah seorang petani yang sederhana dan setengah buta huruf. Dia
mungkin dilihat sedikit aneh oleh tetangga-tetangganya, berdiri di
atas sebuah bendungan air, tanpa alas kaki, mengenakan baju dan
celana panjang kotor yang digulung sampai setinggi lutut. Tetangga-
tetangganya mengira dia sedang melakukan sejenis latihan tenaga
dalam sampai sekelompok anak kecil merangkak mendekatinya dan mereka
ternyata mendengar dia berdoa. Dia berdoa untuk setiap hal yang
dilihat melalui jari-jari tangannya yang terbuka.
Ketika dia melihat ladang-ladang tetangganya, dia berdoa, "Tuhan,
berkatilah tetangga-tetangga saya dan berikan kepada mereka hasil
panen yang berlimpah." Ketika dia melihat kerbau temannya, dia
berdoa, "Tuhan, tolong pelihara kerbau ini agar tetap sehat dan kuat
karena dia sangat penting bagi teman saya." Ketika dari kejauhan,
dia melihat asap yang naik dari sebuah tempat penambangan batu, dia
berdoa, "Tuhan, lindungilah orang-orang yang bekerja dengan banyak
dinamit di tempat penambangan batu tersebut. Biarlah setiap batu
yang berasal dari tanah yang Kau ciptakan menjadi bagian dari sebuah
rumah." Dia berputar lebih lanjut dan melihat jendela-jendela yang
pecah di pabrik kaca: "Tuhan, lindungilah para wanita yang bekerja
di pabrik tersebut dan biarlah mereka mengalami penyertaan-Mu selama
bekerja." Dia berdoa untuk setiap hal yang dia bisa lihat. Penghuni
rumah, pemilik ladang, seekor binatang, pohon-pohon atau bendungan-
bendungan. Dia berdoa supaya mereka bisa berkembang dan tetap
terpelihara.
Lo adalah satu-satunya orang Kristen di daerah tersebut dan tetangga-
tetangganya menganggap doanya itu sesuatu yang aneh. Mereka
mengetahui kalau dia itu tidak terlalu pandai, sehingga mereka
menyangka Lo setengah gila. Pada usia 51 tahun, Lo meninggal tanpa
kehadiran seorang keluarga pun, karena serangan jantung. Sejak
kematian Lo, satu persatu kecelakaan dan malapetaka mulai terjadi di
daerah itu: empat orang terbunuh akibat terjadinya ledakan di tempat
penambangan batu, seorang wanita muda kehilangan sebuah lengannya
pada sebuah kecelakaan di pabrik gelas, ada kerbau mengamuk sampai
menghancurkan saluran irigrasi yang penting. Akhirnya, para penduduk
desa berkumpul dan berkata, "Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi
akhir-akhir ini karena Lo sudah tidak ada lagi untuk mendoakan kita.
Seperti yang kita ketahui dari anak-anak kita, tidak ada seorangpun
terluka dan panen berlimpah ketika Lo mendoakan kita." Mereka
berembuk sampai larut malam dan memutuskan untuk mencari tahu kepada
Allah yang mana Lo berdoa dan mereka merasa menyesal karena tidak
terlalu tertarik kepada kepercayaan Lo ketika dia masih hidup.
Dalam rangka mencari jawaban tersebut, mereka menyalakan hio
(sejenis dupa) di sebuah altar di desa mereka. Anehnya, patung
pahlawan perang yang ada di atas altar selalu terjatuh setiap malam
dengan muka terpuruk di lumpur. Akhirnya mereka mendapatkan sebuah
ide: "Dewa selalu jatuh pada arah yang sama." Jatuhnya selalu
menunjukkan ke arah bekas rumah Lo. Lalu mereka pergi ke rumah
tersebut, yang sekarang ditinggali oleh sebuah keluarga, dan
mulailah mereka mencari tahu. Setelah beberapa waktu, seseorang
berteriak, "Saya telah menemukan sesuatu!" dan dia menarik sebuah
buku kecil dari celah di bawah atap. Mereka membawa buku tersebut ke
hadapan patung dewa mereka dan menyalakan lebih banyak hio lagi dan
bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya. Pada hari itu,
seorang penginjil muda tiba di daerah itu dan mulai menginjili di
ladang-ladang: "Saudaraku, ijinkan saya untuk menceritakan tentang
Yesus Kristus."
Tetapi, sebelum penginjil muda itu berkata lebih lanjut, sekelompok
orang menangkapnya dan mengikat tangan dan kakinya dan berteriak
kepadanya, "Apa yang kamu kerjakan? Hendak mengajarkan penyembahan
yang lain?" Ketika sedang menyeretnya melewati altar, mereka
mendengar suara yang keras dan sebuah teriakan. Mereka melepaskan
penginjil tersebut dan berlari ke altar di mana mereka menemukan
patung pemujaan mereka terjatuh lagi dan kali ini menimpa kaki
seorang wanita muda. Ketika mereka sedang berusaha membebaskan
wanita tersebut, penginjil muda tadi bergerak mendekat. Dia
mengenali buku Lo yang diletakkan di altar, lalu mengangkatnya dan
bertanya, "Ini adalah Alkitab. Di manakah kalian menemukannya?"
Penduduk desa memandangnya dan bertanya apakah dia mengetahui
tentang buku tersebut. "Tentu saja, ini adalah buku tentang Yesus
Kristus, Allah yang terhebat, yang menjawab setiap doa, tidak
seperti allah-allah lainnya."
Itu adalah kata-kata yang sudah lama ingin didengar oleh para
penduduk desa. "Buku ini milik seorang petani di desa ini," kata
mereka. "Semula kami pikir dia itu gila, tetapi kami dapat melihat
dan merasakan bahwa doa-doanya sangat manjur. Tolong ceritakan
kepada kami tentang Allah yang dia percaya!" Sang pengijil
membersihkan debu yang ada di bajunya dan mulai berbicara. Dia
memperhatikan bahwa ibu jarinya menunjuk ke sebuah bagian tertentu
saat dia mengambil Alkitab yang terbuka tersebut. Ketika dia melihat
dan membaca bagian tersebut, dia sangat takjub. Bagian itu adalah
ayat dari I Samuel 5, yang menceritakan tentang Dagon, dewa orang
Filistin yang jatuh tersungkur di hadapan Tabut Perjanjian. "Saya
belum pernah memperoleh ayat yang lebih baik untuk berkotbah" dia
berkata sambil tersenyum kecil.
Beberapa waktu berlalu, para penduduk desa itu sekarang telah
menjadi Kristen. Mereka berkata, "Panen kami meningkat dan jumlah
kecelakaan yang terjadi menurun." Walaupun begitu, hal yang terbaik
ialah peninggalan kebiasaan yang Lo kerjakan. Setiap sore, sepuluh
sampai lima belas orang berdiri di atas waduk-waduk, merentangkan
sebelah tangannya, membuka jari-jarinya dan berputar perlahan di
tempat, berdoa di dalam hati untuk setiap hal yang mereka lihat
melalui jari-jari mereka.
Sumber: Friday Fax, January 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar